Tambo Alam Minangkabau
Tambo dalam arti yang sebenarnya adalah cerita sejarah negeri Minangkabau.
Tambo-tambo lama Minangkabau didapati hampir di tiap-tiap nagari di Minangkabau
yang ditulis dengan tangan dan memakai aksara Arab. Tambo-tambo tersebut sangat
dimuliakan orang, bahkan adakalanya dipandang sebagai
pusaka keramat. Sehingga
yang memegangnya adalah kepala suku atau orang yang akan mengantikan kepala
suku itu. Tidak sembarang orang yang boleh membaca, bahkan untuk membacanya
harus didahului upacara khusus.
Konon , istilah "Tambo" ini berasal dari bahasa Sanksekerta yaitu
tambay atau tambe yang artinya : bermula. Iseng-iseng aku cari arti kata tambay
yang ternyata berarti lebih kurang "Permulaan, pertama kali, membuat jadi,
atau usaha". Jadi artinya hampir semirip yaitu cerita mengenai asal muasal
dari sesuatu terjadi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Edwar Djamaris, Tambo-tambo
yang banyak itu ditulis dalam bahasa Melayu berbentuk prosa. Naskah Tambo
Minangkabau ini sebagian besar ditulis dengan huruf Arab-Melayu, dan sebagian
kecil ditulis dengan huruf latin. Naskah Tambo Minangkabau yang berhasil
diketemukan sebanyak 47 naskah, masing-masing tersimpan di museum Nasional
Jakarta sebanyak 10 naskah, di perpustakaan Universitas Leiden sebanyak 31
naskah, di perpustakaan KITLV Leiden Belanda sebanyak 3 naskah, di perpustakaan
SOAS Universitas London 1 naskah, dan di perpustakaan RAS London 2 naskah.
Ada delapan saduran cerita Tambo Minangkabau yaitu:
(1) Curai Paparan Adat Lembaga Alam Minangkabau ( Dirajo 1979 dan 1984)
(2) Mustika Adat Alam Minangkabau (Dirajo 1953 dan 1979)
(3) Tambo Minagkabau ( Batuah 1956)
(4) Tambo Alam Minangkabau (Sango 1959)
(5) Tambo dan Silsilah Adat Alam Minangkabau (Basa 1966)
(6) “Tambo Pagaruyung” (Basri 1970a)
(7) “Tambo Alam ” (Basri a970b)
(8) Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah (Mahmoed 1978)
Secara umum dapat dikemukakan bahwa fungsi utama cerita Tambo Minangkabau
adalah untuk menyatukan pandangan orang Minangkabau terhadap asal usul nenek
moyang, adat, dan negeri Minangkabau. Hal ini dimaksudkan untuk mempersatukan
masyarakat Minangkabau dalam satu kesatuan. Mereka merasa bersatu karena
seketurununan, seadat dan senegeri.
A.A Navis seorang Budayawan Minang mengatakan Kisah tambo yang dipusakai
turun-menurun secara lisan oleh orang Minangkabau hanya mengisahkan waktu dan
peristiwa sacara samar-samar, campur baur, bahkan ditambahi dengan bumbu yang
kedongeng-dongengan. Adalah wajar bila kisah tambo itu mengandung berbagai
versi karena tambo itu yang diceritakan oleh pencerita sesuai dengan keperluan
atau kehendak pendengarnya.
Terlepas dari kesamaran objektivitas historis dari Tambo tersebut namun
Tambo berisikan pandangan orang Minang terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana
dikatakan oleh Navis Peristiwa sejarah yang berabad-abad lamanya dialami suku
bangsa Minangkabau dengan getir tampaknya tidaklah melenyapkan falsafah
kebudayaan mereka. Mungkin kegetiran itu yang menjadikan mereka sebagai suku
bangsa yang ulet serta berwatak khas. Mungkin kegetiran itu yang menjadi
motivasi mereka untuk menghapus sejarah masa silam dengan menciptakan tambo
yang kedongeng-dongengan, disamping alasan kehendak falsafah mereka sendiri
yang tidak sesuai dengan dengan falsafah kerajaan yang menguasainya. Mungkin
kegetiran hidup dibawah raja-raja asing yang saling berebut tahta dengan cara
yang onar itu telah lebih memperkuat keyakinan suku bangsa itu akan rasa
persamaan dan kebersamaan sesamanya dengan memperkukuh sikap untuk
mempertahankan ajaran falsafah mereka yang kemudian mereka namakan adat.
Alur cerita pada tambo boleh dikatakan tidak memperhitungkan kalkulasi waktu
atau tahun. Didalam Tambo, penanggalan tidak terlalu penting. Penceritaannya
pun penuh dengan perumpamaan, hiperbola, dan kata-kata yang harus
diinterpretasi dulu agar bermakna. Namun didalam tambo terdapat asal usul
sesuatu dan cerita yang membuat sebuah tempat, peristiwa, dan sejarah di
Minangkabau menjadi bermakna bagi orang yang penasaran dengan hal itu.
Tambo itu sendiri konon mempunyai beberapa versi untuk penceritaan yang
sama. Hal ini dapat dimaklumi, karena adanya tradisi penceritaan Tambo melalui
lisan yang cukup kuat di Minangkabau mengakibatkan sebuah cerita bisa mempunyai
banyak versi.
Tambo dianggap sebagai salah satu sumber sejarah Minangkabau. Walaupun Tambo
bukanlah sebuah karya ilmiah yang terbukti kebenarannya, tetapi cukuplah
sebagai pemuas dahaga dan keingintahuan mengenai asal muasal dari peristiwa,
tempat, dan kejadian di Minangkabau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar